-
YUDI LATIF
<a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a3126491&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=951&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a3126491' border='0' alt='' /></a>
"Kami di sini (MPR/DPR) masih berdebat tentang asal-usul Pancasila, tetapi Yudi Latif telah menjelaskan secara ilmiah tentang asal-usul Pancasila," tutur Taufik ketika memberi sambutan pada peluncuran buku "Negara Paripurna, Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila". Buku setebal 698 halaman ini diterbitkan Gramedia Pustaka Utama (GPU), diluncurkan di Ruang Nusantara V DPR RI Jakarta, Senin (11/4/2011).Romo Franz Magnis-Suseno menyebut buku ini sebagai melawan dua ancaman terhadap kelangsungan bangsa Indoneisan yaitu oportunisme dan kepicikan. Oportunisme yang menggunakan kebangsaan hanya sebagi alat untuk maju sendiri, sementara kepicikan mengancam karena dilakukan untuk memaksakan kehendak kelompok.
Yudi Latif sendiri mengatakan, menggali kembali Pancasila melalui buku yang ditulis selama dua tahun ini adalah upaya menemukan kembali akar jati diri bangsaan tidak ada satu pun negara yang dapat maju kecuali bangsa yang dapat menemukan kembali jati dirinya dengan menggali kembali akar-akar sejarah bangsanya. Itu diperlihatkan melalui pengalaman antara lain oleh bangsa Eropa yang menemukan akarnya pada perdebatan filsuf semasa Yunani Kuno, juga India melalui kerja besar "Rewriting India" pada akhir 1979 pascakolonialisme Inggris, dan Jepang dengan restorasi Meiji.
Selain Magnis-Suseno, pembahas lain adalah Kwik Kian Gie, Dawam Rahardjo, Masdar F Mas'udi, dan Taufik Abdullah. Anggot DPR Eva Sundari menjadi moderator.
Dawan Rahardjo yang diminta membahas buku ini mewakili pemikir muslim, menyebut buku yang ditulis Yudi Latif memantapkan bahwa Pancasila adalah milik bersama bangsa Indonesia melalui pengalaman bersama bangsa Indonesia. Pancasila lahir melalui perjalanan sejarah Indonesia dan pengalaman berabad-abad sebagai bangsa. Bung Karno juga menggali dari pengalaman dan sejarah bangsa Indonesia selain dari pemikiran teman-temannya. Peran Bung Karno besar jasanya dalam merumuskan Pancasila pada 1 Juni 1945.
Aktualitas buku ini menjawab ketegangan yang selalu terjadi dalam hubungan negara dan agama. Tandanya masih ada paksaan terhadap keyakinan beragama dan kekerasan menyangkut keyakinan beragama.
sumber : http://nasional.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar