Rabu, 30 Maret 2011

Sanchez, Tubuh Mini Penakluk Dunia

AFP Penyerang Udinese, Alexis Sanchez. 
 
LAGA antara Palermo kontra Udinese di Stadion Renzo Barbera, 27 februari lalu, mungkin menjadi hari yang tak akan dilupakan oleh para fans Udinese. Maklum, untuk pertama kalinya dalam sejarah, mereka menang dengan skor telak 7-0 atas Palermo.
Akan tetapi, rekor tersebut tak akan terjadi andai Udinese tak memiliki pemain bernama Alexis Sanchez. Berada di lapangan selama 53 menit, Sanchez sanggup memporakporandakan pertahanan Palermo. Empat gol yang ia sarangkan ke gawang Palermo menjadi bukti sahih kehebatannya pada pertandingan itu.
Tak pelak, Sanchez jadi perbincangan banyak orang. Bahkan, ada yang menyamakan skill Sanchez dengan bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo.
"Performanya begitu luar biasa. Sanchez bermain seperti memiliki sihir di tubuhnya. Dia akan menjadi pemain terbaik dunia," puji rekannya di Udinese, Pablo Armero.
Tak hanya dari rekan setim, pujian juga dilayangkan eks pelatih legendaris asal Italia, Arigo Sacchi. "Dengan usia yang baru menginjak 22 tahun, Sanchez memiliki kemampuan yang luar biasa. Skill-nya begitu komplet," tegas Sacchi yang sempat melatih AC Milan di era 90-an.
Melihat sepak terjangnya, wajar jika pemain berusia 22 tahun itu menuai pujian. Melakoni 26 laga bersama Udinese di pentas Serie-A, Sanchez berhasil membawa "Il Zebrette" bertengger di posisi keempat klasemen sementara. Tak hanya itu, Sanchez jadi top skorer kedua Udinese dengan torehan 12 gol.
Pencapaian tersebut tak pelak membuat harganya di bursa transfer melonjak drastis. Manchester United, klub yang begitu ngebet mendatangkannya, dikabarkan siap menggelontorkan dana sebesar 30 juta poundsterling (sekitar 428 miliar).
Agen Sanchez, Fernando Felicevich pun mengakui info tersebut benar adanya. "Sejauh ini, Manchester United yang benar-benar menginginkannya. Saya rasa, pada kemudian hari transfer tersebut akan terlaksana," ujar Felicevich.
Harga yang ditawarkan MU melonjak jauh dari angka sebelumnya. Menurut transfermarket.co.uk, harga Sanchez sebelumnya berkisar 11 juta poundsterling (sekitar Rp 157 miliar). "Dia pemain muda dengan masa depan yang sangat cerah. Wajar jika harganya begitu besar," tegas Felicevich.
BUNGKAM KRITIK Kiprah Sanchez saat ini memang luar biasa. Namun, hal itu tak datang begitu saja. Bahkan, pada awalnya, Sanchez tak yakin akan bersinar di Eropa sehingga ingin kembali ke River Plate.
Postur yang hanya 168 cm menjadi alasannya. Dia begitu minder saat pertama kali menginjakkan kaki di tanah Eropa, terutama di Italia. "Dengan postur seperti ini, aku ragu bisa bersaing dengan pemain Eropa yang memiliki postur besar," ungkap Sanchez.
Rasa minder yang dirasakannya semakin diperparah dengan komentar miring mengenai kondisi fisiknya. Seperti yang diungkapkan fans MU di Inggris dalam sebuah forum, Sanchez dinilai tak sebanding dengan mantan idola mereka, Ronaldo. Mereka pun tak terima pemain "bau kencur" seperti Sanchez disamakan dengan pemain asal Portugal tersebut.
"Sanchez bukanlah Ronaldo. Ronaldo bisa sukses karena postur yang tinggi dan tubuh yang sangat kuat. Tak ada kesempatan bagi Sanchez bersinar di Eropa," cecar mereka.
Rasa minder Sanchez makin menjadi-jadi. Ini membuat pelatih Udinese, Francesco Guidolin, segera bertindak. Dia tak mau moral anak didiknya itu kian terpuruk. Untuk itu, ia segera mencarikan posisi baru untuk Sanchez.
"Sejak awal saya tahu kalau Sanchez pemain berbakat. Namun, saya pun sadar, dia tak akan maksimal jika ditempatkan sebagai winger atau striker. Sanzhez akan jadi 'makanan' empuk bagi bek Italia. Kecepatannya menjadi tak berarti. Dia terlalu mudah dijatuhkan lawan. Oleh karena itu, saya mulai mencarikan posisi baru untuknya," ungkap Guidolin.
Upaya Guidolin mulai menemui titik cerah. Sanchez amat piawai saat dijadikan trequartista atau penyerang lubang. Kondisi bek lawan yang terlalu berkonsentrasi menjawa penyerang Udinese membuat Sanchez begitu leluasa "menari-nari" di area pertahanan lawan.
"Di posisi tersebut, Sanchez menjadi pemain krusial di lini tengah kami. Dia tak hanya mampu memberikan umpan akurat pada rekannya, kemampuannya mengontrol pertandingan pun begitu luar biasa. Selain itu, Zanchez juga sangat cepat," ujar Guidolin.
Tak ayal, gol demi gol dipersembahkan pemain berjuluk "The Wonder Boy" itu. Posisi keempat yang ditempati Udinese di klasemen sementara Serie-A pun tak lepas dari andil besarnya. Akhirnya tubuh mini inilah yang mengangkat "Il Zebrette". (Soccer)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selengkapnya: Menambah Animasi Tampilan Blogger | Blogger Tune-Up http://modification-blog.blogspot.com/2008/11/menambah-animasi-tampilan-blogger.html#ixzz1HyzRIlzl Under Creative Commons License: Attribution